Gerakan ini merupakan gerakan berbagi kepada sesama yang membutuhkannya yang berlokasi di sekitar Karawang, dimana tidak melihat besar kecilnya bantuan setiap orang tetapi yang lebih dipentingakan adalah semangatnya untuk berbagi secara berjamaah / rombongan.
Gerakan ini awalnya diprakarsai oleh seorang teman bernama Wesnoto yang terinspirasi oleh gerakan #SEDEKAHROMBONGAN nya seorang entrepreneur yaitu mas Saptuari Sugiharto baik melalui kicauan di akun twitternya @saptuari maupun dari informasi di websitenya di www.sedekahrombongan.com.

Berlatih Berbagi

on Minggu, 01 September 2013


Siapapun akan setuju bahwa, berbagi itu adalah baik dan bahkan mulia. Islam juga mengajarkan berbagi kerpada sesama, lewat zakat, infaq, shadaqoh, wakaf, hibah, dan lainnya. Dengan konsep atau ajaran berbagi itu, maka jarak antar sesama menjadi dekat. Kesenjangan menjadi teratasi. Di tengah masyarakat seringkali dikeluhkan adanya jarak yang sedemikian jauh antara yang miskin dan yang kaya, antara yang bodoh dan yang pintar, antara yang berhasil meraih kemajuan dan sebaliknya, mereka yang tertinggal. Keadaan seperti itu melahirkan disharmoni. Selain itu terjadi polarisasi, mereka yang kaya berkumpul dengan yang kaya, dan yang miskin bergabung dengan yang miskin. Sudah diketahui oleh banyak orang, bahwa jarak atau kesenjangan sosial itu seharusnya dihindari. Terjadinya konflik dan berbagai jenis persoalan sosial tidak jarang diakibatkan oleh kesenjangan.
Oleh karena itu, kesenjangan sebenarnya adalah bibit penyakit masyarakat yang seharusnya tidak boleh tumbuh. Di alam modern seperti sekarang ini, bibit-bibit kesenjangan itu, disengaja atau tidak, ternyata justru ditumbuh- kembangkan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebenarnya juga ikut mendorong lahirnya kesenjangan itu. Berbagai jenis alat produksi dengan menggunakan mesin sebenarnya adalah induk dari berbagai kesenjangan. Bahkan lahirnya pasar modern, seperti alfamart, indomart, carrefour, dan lain-lain sebenarnya tidak saja melahirkan kesenjangan sosial, lebih dari itu sebenarnya juga mengakibatkan banyak orang kehilangan sumber-sumber penghidupan. Kita lihat saja, tatkala berdiri pasar modern itu, maka berapa banyak toko atau warung tradisional harus tutup dan atau gulung tikar. Padahal hasil usaha toko tradisional bukan dimaksudkan untuk menambah kekayaan bagi pemiliknya, melainkan sekedar untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Usaha itu hanya sebatas untuk mempertahankan hidup. Akan tetapi, kegiatan itu harus berhenti oleh karena kalah bersaing. Pelaku usaha modern itu bukan saja tidak memberi, melainkan bahkan merampas kehidupan orang lain. Keharusan berbagi atau setidak-tidaknya peka terhadap kebutuhan orang lain harus dibiasakan, baik melalui pendidikan di rumah, di sekolah, maupun di masyarakat. 
Akibat tidak adanya kebiasaan memberi ini, maka yang terjadi di masyarakat justru saling bersaing secara bebas dan terbuka dengan tidak mempedulikan kebutuhan orang lain. Hukum persaingan itu di mana saja akan mengatakan bahwa, siapa yang kuat, merekalah pemenangnya. Nilai mulia, yaitu berbagi dengan sesama itu tidak akan berhasil dihayati dan dijadikan kebiasaan, dan apalagi menjadi budaya apabila tidak dilatih dan dibiasakan. Oleh karena itu semestinya di sekolah-sekolah, tidak cukup sekedar diajarkan tentang betapa pentingnya berbagi, tetapi juga harus dilatih dalam kegiatan nyata sehari-hari. Manusia banyak mengetahui tentang nilai- nilai kebaikan. Akan tetapi, banyak orang tidak mampu menjalankan nilai-nilai kebaikan itu. Jangan dikira bahwa para koruptor itu tidak mengerti tentang kebenaran, kejujuran, ketulusan dan sebagainya. Mereka itu mengerti, dan bahkan suatu ketika memberikan penjelasan tentang keharusan berbuat jujur dan tidak korupsi. Namun anehnya, pada saat kemudian, mereka sendiri melakukannya.
Oleh karena itu, berbagi selain harus diajarkan lewat buku-buku pelajaran dan nasehat, juga yang lebih penting adalah munculnya kreatifitas para guru untuk memberikan contoh, tauladan, dan bahkan membiasakannya di sekolah. Para siswa semestinya diajari memberi dan berbagi antar sesama. Selain itu, hendaknya juga diajari agar mereka bertolong menolong atau menyelesaikan tugas atau pekerjaan secara bersama-sama. Di zaman modern seperti sekarang ini, setiap orang dituntut mampu bekerjasama dan juga saling berbagi antar sesama. Namun kebiasaan berbagi dan tolong menolong itu, setidaknya dalam ujian, justru dilarang. Pertanyaan yang perlu direnungkan, apakah di tengah masyarakat yang harus saling memberi dan bekerjasama seperti sekarang ini, pendekatan seperti itu masih relevan ? Bukankah seharusnya, mereka justru dilatih memberi dan bekerjasama. Kiranya hal itu perlu dikaji secara mendalam.
Wallahu alam.
0leh...Bpk imam suprayogo

0 komentar:

Posting Komentar